Tantangan dan Peluang Tren Digital Bagi ASN Milenial




Aparatur sipil negara (ASN) menjadi salah satu aset birokrasi yang diharapkan bisa mewujudkan cita-cita pemerintahan berkelas dunia (world class government) tahun 2024. Untuk itu, ASN harus mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks, seperti digitalisasi, globalisasi, information overload, maupun tantangan saat ini yaitu pandemi Covid-19.

Tidak bisa dipungkiri bahwa globalisasi dan digitalisasi menuntut ASN, khususnya ASN milenial untuk menjadi generasi pembelajar atau lifelong learner. Tidak hanya menerima, tetapi juga beradaptasi dan mengikuti perubahan ke arah yang positif. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masif saat ini tentu menjadi tantangan sekaligus peluang bagi ASN untuk memenangi persaingan global.

Untuk menghadapi tantangan dalam persaingan global, ASN tidak boleh hanya sekadar bekerja menjalankan tugas-tugas rutin saja atau business as usual. Diplomat muda Kementerian Luar Negeri Dinie Suryadini Mukti Arief mencontohkan kondisi pandemi Covid-19 sebagai sebuah kondisi dimana ASN harus adaptif, responsif, inovatif, dan kreatif terhadap sebuah perubahan. Bahkan ASN harus bisa menyesuaikan diri dengan the new normal yang diramalkan akan terjadi setelah pandemi Covid-19 berakhir. “Jadi ketika kita masuk ke kantor kita harus benar-benar menyadari ada new normal dan kita harus beradaptasi sehingga hal tersebut tidak mempengaruhi produktivitas kita,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Bincang Inspirasi ASN Edisi 5, Selasa (19/05).

Dinie menambahkan, penggunakan cara-cara cerdas (smart power) juga dibutuhkan dalam menghadapi tantangan global. Generasi milenial yang sering disebut sebagai digital natives bisa memanfaatkan teknologi untuk membuka cakrawala berpikir dan memandang teknologi sebagai peluang untuk meningkatkan kompetensi, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan perilaku.

Tantangan dan tuntutan sebagai ASN milenial tentu tidak mudah. Dinie menyampaikan ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh ASN untuk menumbuhkan optimisme dalam menghadapi tantangan sebagai ASN berkelas dunia.

Pertama, keluar dari zona nyaman (comfort zone). Kita harus selalu menangkap kesempatan yang ada dan meraih sesuatu bukan untuk mendapat imbalan atau penghargaan, melainkan untuk memperkaya ilmu dan pengalaman. “Karena itu lebih rewarding. Jangan takut untuk mencoba hal baru,” katanya.

Kedua, constant learning. Profesi ASN tentu menuntut kita untuk terus menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Mengabdi di Kementerian Luar Negeri, Dinie yang berlatar belakang hukum awalnya menggeluti bidang hak asasi manusia (HAM) yang tidak jauh dari latar belakang pendidikannya. Namun kemudian ia harus ditempatkan di fungsi ekonomi dan harus mempelajari ilmu baru agar bisa melaksanakan tugasnya secara optimal sebagai diplomat di negara perwakilan maupun saat sudah kembali ke dalam negeri.

Ketiga, sebagai ASN kita harus siap melakukan pekerjaan di luar tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kita atau bekerja di luar panggilan tugas. Kesempatan ini bisa dijadikan peluang untuk mendapatkan pengalaman dan skill baru. “Ini disebut dengan beyond the call of duty. Kita harus sigap ketika melakukan pekerjaan dengan totalitas,” pungkas Dinie. ( diringkas dari HUMAS MENPANRB )


Share :